PURBOYEKSO

>> CLICK for details

Purboyekso bukanlah nama yang melekat sejak lahir, karena nama yang telah diberikan sebenarnya, adalah: Danang Wahyu Nugroho. Purboyekso sendiri merupakan sebuah kata jawa kuno yang sengaja saya pakai sebagai nama keberuntungan. Kata purboyekso diambil dari sebuah mantra yang “secara pribadi” saya maknai sebagai: pengendalian kuasa hewani manusia. Mengapa harus “secara pribadi”? Saya merasa tidak ada sesuatu hal pun yang pasti di dunia ini, karena semua berasal dari subyektifitas pribadi setiap individu, dan oleh karena hasrat untuk berkuasalah sesuatu hal tersebut dijadikan pasti.

Sedari kecil saya terbiasa bermain-main dengan logika matematis, namun mencapai antiklimaksnya setelah berkali-kali berdinamika dengan hal-hal yang bersifat “melebihi” logika. Sekali, dua kali, dan seterusnya, keseharian hidup secara tidak disengaja tersentuh dengan yang immaterial, dan oleh karenanya saya mendapatkan kesulitan untuk  mengesampingkan esensi kehidupan dalam merengkuh eksistensialisme hidup secara utuh.

Di dalam kelelahan menjalani tesis kehidupan seperti ini, saya berusaha untuk mencari antitesis di dalam sebuah arena sosial “logis” yang secara formal mereka sebut sebagai “sekolah” magister ilmu budaya. Tujuan utamanya adalah, suatu hari nanti akan ditemukan sintesa yang pas bagi diri saya untuk memandang dunia. Hal-hal mengenai materialisme dan strukturalisme-positivistik menumpuk beberapa tahun untuk dilahap, namun muntah! Tak dinyana, ending dari sekian tahun tersebut, adalah: untuk kembali kepada (subyektivitas) diri sendiri. Dialah bapak ST. Sunardi yang secara tidak (ia) sengaja membawa saya kembali ke tesis kehidupan awal dengan membawa serta apa yang telah saya dapat dari arena sosial “logis” tersebut sebagai “lampiran”. Sintesa inilah yang saya pakai sampai sekarang, untuk mengaktualisasikan diri saya secara lebih ikhlas.

Sebuah esay satir mengenai kehidupan diri saya sendiri pernah saya tulis dengan judul: Saling Memandang Epistemologi “Barat” dan “Timur”. Esay pendek ini berbicara tentang manusia jawa-modern yang ambivalen, dan itulah purboyekso.

Salam,

Danang W. Nugroho